Congenital Rubella Syndrome (CRS) adalah merupakan suatu kumpulan gejala-gejala yang diakibatkan oleh virus rubela yang mengenai ibu hamil. Pada umumnya penyakit yang disebabkan virus rubella relatif ringan, bahkan kebanyakan orang (sekitar 50%) terserang virus rubella namun tidak diketahui/tidak terdiagnosa. Namun apabila virus rubella ini mengenai ibu hamil muda kira-kira trimester awal dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati atau jikalau hidup bayi tersebut akan mengalami kelainan berat (cacat).
Sumber : Bahan Sosialisasi Dinkes Kab Blitar
Risiko kecacatan akan lebih besar jika virus rubella tersebut menginfeksi ibu hamil pada trimester pertama. Bayi dengan CRS umumnya memiliki satu gejala atau lebih, bisa berupa gannguan pendengaran (tuli), ganguan penglihatan (buta), kelainan jantung, dan bahkan retardasi mental (idiot). Biasanya kelainan-kelainan tersebut akan dibawa seumur hidupnya. Kelainan yang paling sering dilaporkan pada kasus CRS yaitu gangguan pendengaran.
Sumber : IDAI Provinsi Jatim
Ibu hamil menularkan virus rubella melalui placenta. Ibu hamil yang terinfeksi virus rubella pada trimester awal (< 12 minggu) maka 80-90% janinnya akan mengalami CRS. sedangkan jika tertularnya ketika usia kehamilannya 15 - 30 minggu janin tertular sebesar 10-20 %.
Di beberapa negara maju (misalnya: Singapore) jika seorang ibu diketahui secara laboratorium terkena virus rubella saat awal kehamilan (trimester pertama) maka janin tersebut boleh di gugurkan. Hal ini dilakukan di beberapa negara maju karena jika bayi tersebut kelak dilahirkan maka justru akan menularkan ke orang lain serta membebani negara, orang tuanya, dan dirinya sendiri. Seperti itulah bahaya yang diakibatkan oleh virus rubella.
Sumber : IDAI Provinsi Jatim
Cara penularan virus rubella yaitu melalui droplet infection atau percikan ludah saat batuk, berbicara, atau bersin. Virus Rubella biasa ditemukan di nasofaring. Bayi dengan CRS dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Oleh karena itu tindakan pencegahan sangat penting dilakukan, khususnya harus dijauhkan terhadap wanita hamil yang tidak mempunyai kekebalan terhadap rubella. Petugas kesehatan yang sering menolong bayi pun rawan untuk terkena virus ini.
Cara yang paling efektif dalam mencegah CRS yaitu dengan imunisasi Rubella. Pada Tahun 2009 kurang lebih 130 negara telah memasukkan imunisasi rubella kedalam imunisasi rutin. Vaksin yang digunakan yaitu vaksin MR (Measles-Rubella) atau vaksin MMR (Measles-Mumps-Rubella). Imunisasi Rubella dapat membuat kekebalan yang optimal pada seseorang, sama persis dengan infeksi rubella secara alamiah namun terkontrol dosisnya sehingga terbentuk sistem imun yang tepat terhadap infeksi rubella dan diperkirakan akan bertahan seumur hidup.
Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2017 akan menyelenggarakan Kampanye MR serentak pada bulan Agustus-September (Se-Jawa). Selain itu akan memasukkan (introduksi) imunisasi MR kedalam imunisasi rutin di Indonesia. Bayi umur 9 bulan akan mendapatkan Imunisasi MR 1 dosis, ketika umur 18 bulan akan mendapatkan imunisasi MR 1 dosis lagi, dan ketika anak duduk di kelas 1 SD akan mendapatkan 1X lagi dosis imunisasi MR. Kedepannya minimal anak indonesia mendapat 3 X imunisasi MR.
Daftar Pustaka :
1. Kemenkes RI, 2016. Pedoman Surveilans Congenital Rubella Syndrome (CRS). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Kemenkes RI, 2017. Petunjuk Teknis Kampanye MR (Measles-Rubella) 2017. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Kemenkes RI, 2016. Petunjuk Teknis Introduksi MR (Measles-Rubella). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2. Kemenkes RI, 2017. Petunjuk Teknis Kampanye MR (Measles-Rubella) 2017. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Kemenkes RI, 2016. Petunjuk Teknis Introduksi MR (Measles-Rubella). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment