KETAHANAN PANGAN NEGARA KUBA

              Kuba merupakan salah satu negara sosialis didunia yang masih tetap eksis sampai saat ini. Cerutu dan sistem komunis-sosialis adalah gambaran umum tentang Kuba.  Tapi sebenarnya tidak hanya itu. Di bidang pertanian, Kuba adalah contoh nyata sebuah negara yang mampu menghidupi rakyatnya dari pertaniannya.

            Jauh hari sebelum Kuba maju di bidang pertanian sebenarnya Kuba pernah dilanda krisis pangan yang ekstrim. Tepatnya ketika kawan seperjuangannya yaitu Uni Soviet runtuh dan perdagangan dengan Blok Soviet ambruk. Sebelumnya, Kuba sangat bergantung pada Uni Soviet dalam hal minyak, pangan dan perdagangan. Jatuhnya Uni Soviet membuat Kuba mengalami krisis. Kuba kehilangan sumber utama minyak dan pangan, ditambah lagi embargo dari Amerika Serikat, Kuba harus memikirkan cara bertahan dan mengisi perut penduduknya. Untuk bertahan dari embargo AS maka kuba menerapkan perubahan di berbagai aspek kehidupan seperti pertanian, pendidikan, kesehatan, sumber energi, dan pemberdayaan masyarakat.


          Pemerintah Kuba merespon krisis pangan yang mendera negara tersebut dengan menghilangkan sistem kepemilikan lahan oleh pemerintah dan mengubahnya menjadi lahan bersama yang dikelola oleh masyarakat. Meskipun para petani tidak memiliki lahan secara langsung tetapi mereka berhak dan bebas mengolah lahan dengan syarat para petani tersebut mampu memproduksi bahan-bahan pangan sesuai kuota yang sudah ditentukan. Rumah yang dimiliki penduduk Kuba mungkin sederhana, namun mereka menerapkan sistem rumah terbuka dimana setiap keluarga memiliki lahan sehingga mereka dapat menanam bahan-bahan makanan yang dibutuhkan. Komunitas menjadi salah satu aspek yang terpenting di Kuba. Sistem pertanian yang mereka gunakan juga berbasis komunitas dimana setiap komunitas saling melengkapi dan memproduksi jenis makanan yang berbeda.

Sumber : berdikarionline.com

             Selain itu para petani Kuba berhasil mengubah kondisi kekurangan pupuk, pestisida dan bahan bakar menjadi peluang emas beralih ke “Pertanian Organik”. Pestisida kimia diganti menjadi pupuk kompos dan humus cacing yang dibudidayakan. Manfaat lain, sistem pertanian organik yang bebas pestisida akan membawa dampak positif bagi penduduk Kuba dalam jangka panjang. Kehidupan mereka akan lebih sehat karena terbebas dari paparan bahan-bahan kimia yang bisa memicu penyakit berbahaya. Di tengah perdebatan internasional mengenai kesangsian pertanian organik mampu memproduksi cukup pangan untuk seluruh umat manusia, terbukti bahwa di Kuba pertanian organik telah menyelamatkan Kuba dari krisis pangan dan berhasil memberi manfaat bagi perekonomian, masyarakat, dan lingkungan.


             Perlu diketahui bahwa sebelum melakukan sistem pertanian organik, Kuba sempat melakukan “Revolusi Hijau”. Dengan eksploitasi besar-besaran, Kuba mampu menghasilkan jeruk, tembakau, gula untuk diimpor. Namun, mereka justru gagal memenuhi kebutuhan penduduknya sendiri. Meski mampu mengekspor, Kuba justru mengimpor kebutuhan dasar. Kuba mengimpor 55% beras, dan lebih dari 50% minyak sayur untuk masak. Jadi meskipun menjalankan “Revolusi Hijau” sistem tersebut tidak berhasil mencukupi kebutuhan pokok penduduknya. Berbeda dengan sistem yang digunakan sekarang dimana terdapat berbagai jenis tanaman dan penduduknya dapat menanam tanaman yang diperlukan di kebun rumahnya. Hasilnya tampak bahwa penduduk Havana mengubah lahan kosong dan halaman yang tidak terpakai menjadi tempat beternak dan lahan pertanian mini. Hasilnya, muncul 350,000 lapangan kerja baru dengan gaji yang cukup (dari jumlah tenaga kerja total sebesar 5 juta jiwa). Sebanyak 4 juta ton buah dan sayuran berhasil diproduksi setiap tahunnya di Havana (naik 10 kali lipat dalam sepuluh tahun) dan kota berpenduduk 2.2 juta jiwa ini telah menjadi kota pertanian yang mandiri.
                 
                 Sebagai negara sosialis, Kuba melakukan perencanaan secara terpusat. Namun, manajemen distribusi dan produksi pangan diserahkan pada tingkat lokal. Hasilnya, distribusi dan produksi pangan menjadi lebih terlokalisasi. Produksi dan panen makanan pokok pun terus meningkat. Yang terpenting, ketersediaan pangan pulih hingga tingkat memadai. Saat ini Kuba memiliki kedaulatan sistem pangan paling kokoh dalam sejarahnya.

Sumber : Binadesa.org

            Pengalaman Kuba sangat menarik untuk dipelajari. Seharusnya Indonesia mampu mempelajari pola ketahanan pangan yang dialami Kuba. Meskipun model yang dialami Kuba belum tentu cocok sepenuhnya untuk diterapkan di Indonesia akibat image sistem komunis-sosialis yang terlanjur buruk di mata masyarakat Indonesia. Namun setidaknnya dirasakan bahwa sistem ini cocok diterapkan di daerah yang tergolong masih tertinggal dan minim keterjangkauan pangan. Masyarakat diwajibkan untuk hidup mandiri namun tetap berpegangteguh terhadap kebersamaan sesama komunitas. Tidak ada gunanya jika terlalu lama  harus menunggu perubahan sistem pangan yang tidak merata di Indonesia saat ini. Perubahan harus segera dilakukan meskipun dari komunitas yang paling kecil.




Sumber:
UNEP Green Economy. 2011. “Kebangkitan Pertanian Organik Kuba”. www.Hijauku.com
Film produksi The Community Solution berjudul “Power of Community:How Cuba Survived Peak Oil
Yulia Wright. 2001. “Belajar Pertanian Ekologis Dari Kuba”. Majalah SALAM 27 April 2009.

x

0 komentar:

Post a Comment